TRADISI “YAA QOWIYYU” SEBAR KUE APEM DI HAUL KI AGENG GRIBIG JATINOM KLATEN. SIMAK SEJARAHNYA…

oleh -602 Dilihat
banner 468x60

KLATEN, sindosolo.news – Tradisi “Yaa Qowiyyu” yang bersamaan dengan Acara HAUL Ki Ageng Gribig Jatinom Klaten Kembali di gelar setelah sekian lama terhenti akibat pandemi covid-19. Bertempat di Oro-oro Tarwiyah, Sendang Plampeyan Kompleks Makam Ki Ageng Gribig, Jatinom, Klaten, JawaTengah, Jumat (16/9/2022).

Photo : Arak-arakan gunungan apem di acara “Yaa Qowiyyu” HAUL Ki Ageng Gribig Jatinom Klaten./sindosolo.news.

Acara sebaran apem pada puncak Saparan tersebut, dihadiri Bupati Klaten Hj. Sri Mulyani, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, yang sekaligus mengawali penyebaran apem.

Bupati Klaten Hj. Sri Mulyani mengemukakan, panitia menyiapkan sekitar 4-5 ton apem untuk dibagikan kepada masyarakat dengan cara disebar di Oro-oro Tarwiyah tersebut. Dengan kegiatan tersebut, Bupati berharap masyarakat semakin dipersatukan dengan keguyuban dan kegotong-royongan.

Lebih lanjut Bupati Klaten Hj. Sri Mulyani menjelaskan :
“Maknanya bagaimana kita berbagi seperti yang pernah dilakukan oleh Ki Ageng Gribig pada masanya. Saya berharap kegiatan ini menjadi potensi wisata religi di Klaten dan menumbuhkan ekonomi rakyat,” kata Sri Mulyani.

Pengunjung puncak acara Yaa Qowiyyu tahun ini benar-benar membludak, setelah dua tahun vakum karena pandemi. Mereka berasal dari berbagai daerah sekitar Klaten dan warga masyarakat diluar Klaten yang ikut meramaikan acara Yaa Qowiyyu ini.

Hadir hanya untuk bisa berdesakan diantara puluhan ribu massa untuk memperebutkan apem, jika takut terinjak-injak pengunjung bisa memilih membeli beberapa bungkus apem yang dijajakan oleh warga di sepanjang jalan.

Photo : Menko Erlangga Hartato dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo./sindosolo.news.

Sekelumit kisah cerita mengenai tokoh Ki Ageng Gribig dan asal muasal tradisi “Yaa Qowiyyu” adalah sebagai berikut :

Ki Ageng Gribig yang memiliki nama asli Wasibagno Timur pulang dari Makkah dengan membawa tiga oleh-oleh berupa tanah, air zam-zam, dan kue gimbal. Ketiga oleh-oleh tersebut ditranformasikan dalam simbolisasi pembangunan kota Jatinom.

Tanah yang diambil dari Padang Arafah disimbolkan sebagai Yaa Qawiyyu. Ki Ageng Gribig pun membangun Oro-Oro Tarwiyah (Alun-alun Tarwiyah) yang berfungsi sebagai tempat ibadah salat.

Kata “tarwiyah” berarti hari ke-8 di bulan Dzulhijah. Tujuan utamanya yakni sebagai ajakan untuk menunaikan ibadah salat.

Sedangkan oleh-oleh air zam-zam disimbolkan dengan adanya Sendang Suran (sur-suran) di sekitar sungai Plampeyan atau Klampeyan (Oro-Oro). Air ini sangat penting bagi kehidupan masyarakat untuk hidup sehat, menjaga kebersihan dengan wudhu, dan untuk menyucikan diri dari hadas atau najis.

Oleh-oleh selanjutnya adalah kue gimbal, yang selanjutnya dinamakan apem. Kue apem menjadi awal mula terciptanya tradisi yaa qowiyyu di Klaten yang hingga saat ini masih rutin digelar.

Selepas kepulangan Ki Ageng Gribig dari Tanah Suci, masyarakat dan sanak saudara pun berkumpul untuk mendengarkan cerita dan wejangan ilmu dari Ki Ageng Gribig. Setelahnya, Ki Ageng Gribig pun membagikan secara merata oleh-oleh berupa kue apem yang telah dibawanya dari Makkah.

Namun, karena jumlahnya tak cukup, Ki Ageng Gribig pun meminta keluarganya untuk membuat kue apem. Yang adonan kuenya dicampur dengan kue gimbal oleh-oleh yang dibawa Ki Ageng Gribig dari Timur Tengah sehingga Dari sinilah tradisi andum apem atau Yaa Qowiyyu mulai berkembang.

Puncak acara dari tradisi ini ditandai dengan membagikan 4 hingga 5 ton apem kepada seluruh masyarakat sebagai simbol kebajikan dalam memberikan sedekah kepada sesama. Apem berasal dari kata “affum” atau “afwan” yang berarti maaf itu kemudian disebut apem Yaa Qowiyyu. /OG.ss.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *