Pelatihan “Lesung Jumengglung” Rasa Peduli untuk Lestarikan Budaya Kearifan Lokal agar tidak Punah

oleh -1046 Dilihat
banner 468x60

SUKOHARJO , SINDOSOLO.NEWS – Seiring waktu berjalan kian hari semakin kemajuan zaman mengkikis keberadaan seni budaya lokal asli daerah berganti dengan budaya modern. Hal ini membuat praktisi dan pelestari budaya tradisional merasa peduli dan prihatin. Warga di Sukoharjo bertepatan dengan moment merayakan Woman International Day dengan antusias bersemangat untuk mengangkat kembali kasanah seni budaya lokal yang sudah mulai tidak dikenali lagi oleh generasi muda milenia.

Melalui pelatihan “Lesung Jumengglung“, seni budaya yang menyimpan banyak cerita ini bisa kembali dikenal masyarakat sebagai warisan budaya yang membanggakan. Acara pelatihan “Lesung Jumengglung” ini berlangsung pada Sabtu, 09/03/2024, bertempat di Studio Mugidance Krapyak Kartasura barat Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan.

Melibatkan narasumber Sri Setyoasih, S.Kar.,M.Sn. dan F. Hary Mulyatno, S.Kar.,M.Hum. keduanya merupakan dosen ISI Surakarta. Pelatihan Lesung Jumengglung diselenggarakan untuk menggabungkan dua momen penting, yakni Hari Musik dan Woman International Day.

Dalam wawancara, Nury Ariyati selaku Ketua Pelaksana menjelaskan bahwa kebanyakan peserta pelatihan adalah masyarakat rumah tangga.
“Momen ini kita kepengin jadi satu, dan kita ingin melestarikan seni Lesung agar tetap hidup di kalangan generasi muda dan ibu-ibu,” ujarnya.

“Dari inisiatif program kultural, kita mengajukan pelatihan Lesung kepada mereka dan mendapat dukungan. Ada sekitar 35 peserta dari berbagai kalangan, termasuk remaja, ibu-ibu, dan bapak-bapak. Kami ingin mengenalkan kesenian Lesung yang jarang diajarkan di sekolah atau sanggar,” jelasnya.

“Pelatihan ini melibatkan peserta dari berbagai daerah, seperti Lombok Timur, Salatiga, Solo, Kartosuro, dan Klaten Dlanggu. Kami bahkan melibatkan guru SD untuk memperluas cakupan pengajaran,” tambahnya.

Nury juga mengungkapkan keinginan untuk menanamkan nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan kearifan lokal melalui seni Lesung.
“Kesenian ini mengajarkan tentang indahnya perbedaan. Kami ingin memperluas pengajaran Lesung agar mencakup berbagai kelompok masyarakat,” ungkapnya. (Obie/r)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *