SOLO, SINDOSOLO.NEWS – Cek kesehatan pada umumnya dilakukan di rumah sakit atau puskesmas terdekat kali ini bisa Cek Kesehatan/Check Up Kesehatan dilakukan di SD Muhammadiyah 01 Ketelan Surakarta Jawa Tengah yang beralamat di Jalan Kartini Nomor p1, Jumat (26/04/2024).
Kepala SD Muhammadiyah 01 Ketelan Sri Sayekti menjelaskan sekolah yang berdiri sejak 1935 ini menyediakan alat kesehatan untuk mengontrol kadar gula, kolesterol, dan asam urat.
Menurutnya, langkah ini dipilih karena sekolah menjadi sekolah penggerak dengan pelayanan Pendidikan yang berpusat pada siswa dan belajar sepanjang hayat.
“Demi kenyamanan dan kesehatan seluruh warga sekolah pihak sekolah mengoptimalisasi fasilitas yang ada di Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Diikuti sebanyak 72 guru karyawan (gukar) untuk mempertahankan Kesehatan dan produktivitas merdeka belajar,” terangnya.
Sayekti menjelaskan, sehari-hari UKS ‘dijaga’ oleh perawat Nurtiningsing ahli Madya Kesehatan. “Al Hamdulillah, hari ini tenaga pendidik dan kependidikan bisa check up asam urat dan kolesterol. Selamat bagi 9 guru yang telah lolos sebagai guru penggerak, ada Tri Yuniarti, S.Si.,SPd., Dyah Elina Indriyani, S.Pd, Eni Khusnul Khotimah, S.Pd, Jaka Prasetya, M.Pd, Sri Martono Lanjarsari, M.Pd, Ria Susanti, S.Pi.,SPd., Nur Fitri Astuti, S.Pd, SW Winarsi, S.Ag.,S.Pd., dan Dien Qonitah, S.Pd,” ujarnya.
Frekuensi ideal dari medical check up untuk pekerja dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk usia, riwayat kesehatan pribadi, jenis pekerjaan, dan kebijakan sekolah.
Kemunculan kurikulum merdeka yang digagas langsung oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim, dimana konsep utama merdeka belajar ialah merdeka dalam berfikir. Guru memiliki kebebasan secara mandiri untuk menterjemahkan kurikulum sebelum dijabarkan kepada para siswa sehingga guru mampu menjawab setiap kebutuhan siswa pada saat proses pembelajaran.
Dalam melakukan proses pembelajaran kepada siswa, guru harus mampu menyesuaikan strategi, model dan metode pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik tersebut. Dimana siswa dituntut secara aktif dan mandiri dalam membentuk keterampilan 4C yaitu critical thinking, communication, colaboration, dan creativity.
“Guru tidak dapat lagi mengajar dengan strategi pembelajaran yang konvensional, standar atau biasa-biasa saja. Guru harus dapat inovatif dengan memperkaya dan memperbaharui ilmu maupun keterampilan untuk dapat menyuguhkan kegiatan pembelajaran yang menarik dan interaktif dengan memanfaatkan teknologi dengan mobilitas tinggi, maka Kesehatan adalah yang utama,” pungkasnya. (Obie/r.)