Labuhan & Napak Tilas Leluhur Majapahit Brawijaya V, Padepokan SABDO LANGIT

oleh -4515 Dilihat
banner 468x60

SUKOHARJO, SINDOSOLO.NEWS – Sebuah momentum bersejarah terjadi saat Padepokan SABDO LANGIT menggelar acara Labuhan dan napak tilas leluhur Majapahit Brawijaya 5 di pesisir pantai Ngobaran Gunung Kidul, Selasa (30/04/24) kemarin.

Dihadiri oleh puluhan anggota padepokan Sabdo Langit, acara dimulai dengan penuh khidmat, mengingatkan kembali pada kejayaan dan warisan budaya leluhur. Ki Joko Waronggo, ketua Padepokan SABDO LANGIT, dengan penuh semangat menyampaikan tujuan dari acara tersebut, menghaturkan rasa syukur atas berkah limpah dan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menyampaikan harapan agar seluruh bangsa Indonesia terhindar dari wabah penyakit dan bencana alam.

Padepokan SABDO LANGIT, adalah sebuah institusi yang teguh memelihara kebudayaan dan tradisi leluhur, tidak hanya menjadi saksi sejarah tetapi juga pelaku aktif dalam memperkasa warisan budaya leluhur. Acara Labuhan dan Napak Tilas Majapahit Brawijaya 5 yang digelar di pantai Ngobaran Gunung Kidul merupakan bukti konkret dari komitmen mereka dalam melestarikan dan memperkenalkan kembali tradisi-tradisi yang semakin tergerus oleh waktu.

Berlangsung di tengah deburan ombak pantai Ngobaran, acara ini menarik perhatian banyak pihak, baik yang memiliki keturunan Majapahit maupun mereka yang ingin lebih memahami sejarah Nusantara.

Diawali dengan prosesi labuhan, dimana air laut dianggap sebagai simbol kesucian dan keselamatan, acara tersebut menciptakan atmosfer sakral yang membangkitkan kebanggaan kolektif.

Setelah labuhan, dilanjutkan dengan napak tilas, sebuah perjalanan spiritual dan historis untuk mengenang jejak langkah leluhur, terutama Majapahit Brawijaya 5.

Para peserta, dipimpin oleh Ki Joko Waronggo, mengunjungi situs-situs bersejarah yang menjadi saksi bisu dari kejayaan peradaban Majapahit. Setiap langkah mereka menggema dengan kebanggaan dan penghormatan pada leluhur yang telah meninggalkan warisan besar bagi bangsa ini.

Dalam wawancara media dengan Ki Joko Waronggo, beliau menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar ceremonial, tetapi juga merupakan bentuk pengabdian pada nenek moyang.

“Tujuan dari acara ini adalah untuk memperkokoh identitas bangsa, mengenalkan kembali pada nilai-nilai luhur yang telah terlupakan, serta menghaturkan rasa syukur atas segala berkah yang diberikan kepada kita,” ujar Ki Joko dengan penuh semangat.

Tidak hanya itu, acara ini juga menjadi wadah untuk menggalang doa bersama atas keselamatan dan keberkahan bagi bangsa ini. Dalam doanya, Ki Joko menyampaikan harapan agar bangsa Indonesia terhindar dari berbagai wabah dan bencana alam yang sering menghantui. (Obie/r.)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *