,

Pagelaran Wayang Kulit Dalang Cilik dan Peresmian Gamelan Kiyai Wonokerto Ramaikan Acara Halal Bi Halal Keluarga Besar Warga Kartasura.

oleh -528 Dilihat
banner 468x60

SUKOHARJO, SINDOSOLO.NEWS – Kartasura bukan hanya sekedar kota Kecamatan tapi Kartasura adalah Simbul Peradaban Sejarah Mataran Islam di Jawa Tengah. Sebagai Kota Budaya, Kartasura dikenal Kaya Tradisi Seni dan Budaya Warisan sejarah yang melukiskan betapa tingginya Toleransi Hidup bersosial dan bermasyarakat di Kartasura sejak dahulu kala. Dikenal dengan nama lain Wonokerto atau Tempat terpilih, Kartasura Menjunjung tinggi Sinergitas dan Keharmonisan hidup Warganya dengan menjaga Kerukunan dan Kekompakan serta Guyub Rukun di dalam indahnya seni dan budaya.

Bertempat di Gedung Pertemuan PKP Kartasura, Ngabeyan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Warga Kartasura yang Guyub Rukun, Sinergi, Kompak dan Berbudaya diprakarsai oleh Om Joe atau Dr.(Cand) Djuyamto, S.H., M.H., Menggelar Pagelaran Wayang Kulit Dalang Cilik dan Peresmian Gamelan Kiyai Wonokerto dalam rangka Halal Bi Halal Keluarga Besar Warga Kartasura 1445 H Sabtu, (11/05/2024).

Dr.(Cand) KRT. Djuyamto Hadi Sasmito, S.H.,M.H., Sponsor dan Pemrakarsa Seni Budaya Kartasura Bersama Forkopimcam Kartasura. (photo : Obie)

Dihadiri Forkopimcam setempat, Camat Kartasura Ikhwan Sapto Darmono, S.PD., M.PD., Danramil Kartasura Kapt. Inf Ismail, Kapolsek Kartasura AKBP. Tugiyo, S.H., M.H., Lurah Ngabeyan Djoko Raharjo, dan dihadiri oleh 800 lebih tamu undangan dari berbagai element masyarakat, komunitas dan paguyuban seni dan Budaya di seluruh wilayah Kartasura. Acara semakin istimewa dikarenakan Ki Dalang Warseno Slenk Juga tampak hadir menyemarakan suasana Halal Bi Halal dan Pentas Seni Budaya Keluarga Besar Warga Kartasura tersebut.

Om Joe atau Dr.(Cand) KRT. Djuyamto Hadi Sasmito, S.H., M.H., sebagai Sponsor dan Pemrakarsa Acara Budaya di Kartasura menjelaskan kepada Media bahwa Halal Bi Halal bukanlah tuntunan Syariah Agama sebenarnya tapi merupakan kekayaan budaya bangsa kita, tradisi yang harus diuri uri dijaga karena mengandung makna bagaimana orang terus menjalin silahturahmi walau pun pernah berbuat salah tapi Silahturahmi tidak boleh putus.
“Makanya kita warga Kartasura yang terus nguri uri Budaya kita harus terus mempertahankan tradisi tradisi yang bagus seperti ini.” ungkap Djuyamto.

Camat Kartasura Ikhwan Sapto Darmono, S.PD., M.PD., Danramil Kartasura Kapt. Inf Ismail, dan Kapolsek Kartasura AKBP. Tugiyo, S.H., M.H., Dampingi Dalang Dalang Cilik pada Acara Halal Bi Halal Keluarga Besar Warga Kartasura. (photo : Obie)

“Bahkan kalau perlu kita kreasi supaya menjadi kegiatan yang lebih kreatif lagi, ada nuansa religinya, ada nuansa tradisinya, kita gabung supaya menjadi kegiatan yang akan menarik generasi muda.” imbuhnya.

Disinggung soal nama KIYAI WONOKERTO, lebih lanjut Om Joe menjelaskan, bahwa kiyai Wonokerto itu adalah nama Gamelan yang sudah dipersiapkan Om Joe untuk memfasilitasi bakat bakat terpendam anak anak generasi keluarga besar warga Kartasura untuk nguri uri seni Karawitan. Nama Wonokerto sendiri adalah nama lain dari Kartasura demikian Om Joe menegaskan keterangannya,
“Kiyai Wonokerto adalah Awal mula nama Kartasura dulu jaman Amangkurat II, ketika memutuskan untuk hijrah mencari ibu kota mataram yang baru ada tiga pilihan, Lohgender, Tingkir kemudian satu lagi Wonokerto yang dipilih Wonokerto. Nah inilah cikal bakal nama Kartasura, dulunya nama Kartasura itu adalah Wonokerto jadi kita mengingat kembali ke semangat awal Kartasura.” jelasnya.

Sebelum menutup keterangannya Om Joe menitip pesan kepada Generasi Muda warga Kartasura untuk senantiasa merawat dan menjaga seni budaya warisan adiluhung bangsa.
“Memberikan ruang kepada generasi muda terutama anak anak kita keluarga Kartasura untuk terus mempertahankan tradisi, merawat tradisi, terutama seni budaya yang merupakan peninggalan adiluhung bangsa kita.” pungkasnya.

KRT. Suratno, S.H., M.H., Ketua Panitia Acara Halal Bi Halal Keluarga Besar Warga Kartasura 1445 H. (photo : Obie)

KRT. Suratno, S.H., M.H., Ketua Panitia Acara Halal Bi Halal saat wawancara kepada sindosolo.news menjelaskan Acara Halal Bi Halal Keluarga Besar Warga Kartasura yang menghadirkan semua organisasi instansi, dan semua komunitas yang ada di warga Kartasura menjadi satu event Halal Bi Halal pada malam hari ini. Mengapa digabung dengan pagelaran Wayang Kulit sebab konsepnya kita menyatukan karena bersamaan dengan agenda acara peresmian Gamelan Kiyai Wonokerto. Salah satu pemberian dari Bapa djuyamto seperangkat gamelan, dan hari ini menjadi satu kebangkitan energi budaya dimana Wonokerto bisa kita bangkitkan dan ini menjadikan kolaborasi untuk mengangkat budaya khususnya di Kartasura. Acara Halal Bi Halal ini di meriahkan pentas seni wayang kulit Dalangnya Cilik semua. Dalang Ciliknya semua orang asli Kartasura. Dan penabuh gamelannya juga orang Kartasura Semua, jadi menjadikan momentum bangkitnya budaya di Kartasura. Pada malam hari ini menghadirkan lima(5) Dalang cilik dengan dua(2) judul Lakon cerita. Lakon Gatutkaca Lahir dimainkan empat(4) dalang cilik dan Lakon Hanoman Duta/Hanoman obong yang utuh dimainkan satu(1) dalang cilik yaitu Ki Fathan Asegaf Putra.
“Total ada lima(5) dalang cilik memainkan dua(2) lakon. Lakon Gatutkaca Lahir dibawakan empat(4) dalang cilik dan Lakon Hanoman Duta atau Hanoman Obong dibawakan utuh satu(1) dalang cilik Ki Fathan Asegaf Putra.” tuturnya.

Dalam kegiatan Halal Bi Halal ini, Suratno berharap melalui kegiatan ini bisa menyatukan semua Komunitas dan lembaga yang ada di Kecamatan Kartasura untuk menjadi satu kesatuan. Menjadikan satu sinergi dan menjadikan satu power terbaru untuk bangkitnya budaya dan bangkitnya silahturahmi warga Kartasura.
“Dengan tema Lebar Lebur Luber ing Manah.” pungkasnya.

Pengunjung dan undangan Halal Bi Halal Keluarga Besar Warga Kartasura dapat memperoleh kupon undian Door Prize serta hadiah hadiah menarik seperti Kipas Angin, Kompor Gas, Dispenser dan Hadiah utama Sepeda Gunung dari sponsor, juga bisa menikmati sajian dan suguhan GRATIS !!!, mulai dari jajanan khas, minuman teh, wedang ronde, nasi pecel copet khas Kartasura, nasi liwet, dll.

Dalam acara peresmian Gamelan Kiyai Wonokerto ada pertunjukan kembang api setelah pemrakarsa seni budaya Kartasura Om Joe menekan tombol sirine peresmian. Setelahnya kemudian simbolis pengalungan rangkaian bunga untuk dikalungkan kepada Gamelan Kyai Wonokerto oleh Om Joe. (Obie/r.)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *