BOYOLALI, SINDOSOLO.NEWS – Para kyai dan pengasuh pondok pesantren di wilayah Boyolali, secara resmi mendeklarasikan berdirinya kepengurusan Perkumpulan Pimpinan Daerah Perjuangan Walisongo Indonesia (PD-PWI).
Deklarasi di lakukan usai para kyai dan pengasuh pondok pesantren melakukan kesepakatan bersama dalam musyawarah yang di lakukan di Desa Jambukulon, Mojosongo, Boyolali. Kamis, (23/05/2024).
Selain melakukan pembentukan pengurus Pimpinan Daerah PWI, dalam formatur yang di ketuai oleh pengasuh Pondok Pesantren Ijazul Quran Sawit, Boyolali, KRT. KH. Joko Parwoto, S.T., Al Hafidz, “Sekaligus juga akan di susun pengurus Pimpinan Cabang (PC) di 22 Kecamatan se Kabupaten Boyolali,” ungkapnya.
“Beserta sebelas divisi atau lembaga yang ada di dalamnya seperti Lembaga Pakar dan Keilmuan, Lembaga Pendidikan Dan Dakwah, Lembaga Situs Dan Sejarah, Lembaga Organisasi Dan Kaderisasi, Lembaga Seni Dan Budaya, Lembaga Pemberdayaan Ekonomi, Lembaga Media Dan Informasi, Lembaga Hubungan Masyarakat, Lembaga Hukum, Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Lembaga Laskar Sabilillah” Imbuh KRT. KH. Joko Parwoto, S.T.
Lebih lanjut oleh KH. Joko Parwoto menjelaskan Perkumpulan Perjuangan Walisongo merupakan wadah jam’iyah diniyyah islamiyyah ijti-ma’iyyah atau perkumpulan sosial keagamaan Islam, dan mengakomodir kearifan lokal seni budaya dan ekonomi untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan identitas bangsa, serta untuk kemuliaan harkat martabat manusia.
Tujuan di bentuknya wadah perkumpulan tersebut adalah untuk melanjutkan ajaran Islam yang menganut faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagaimana yang sudah didakwahkan oleh walisongo, untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang bermartabat dan berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan, kerukunan umat manusia dan demi terciptanya rahmat bagi semesta alam.
Untuk itulah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, Perkumpulan Perjuangan Walisongo Indonesia (PWI) berasas kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Akomodir kearifan local seni budaya dan ekonomi yang tertuang dalam anggaran dasar, merupakan wujud kepedulian perkumpulan yang senantiasa menjunjung tinggi nilai karakter dan jatidiri bangsa sebagaimana yang pernah di ajarkan dan di tinggalkan oleh para walisogo.
Oleh sebab itu sebagai para penerus dan pengikut ajaran walisongo, PWI berkewajiban menjaga dan melestarikanya.
Tak hanya di bidang dakwah, sosial dan pengembangan ekonomi, namun budaya dan kearifan yang pernah di tinggalkan oleh Walisongo senantiasa juga akan di junjung tinggi.
Tak di pungkiri oleh pengasuh Ponpes Ijazul Quran Sawit Boyolali, jika akhir akhir ini banyak terjadi dugaan isu pembelokan sejarah leluhur Nusantara. Apabila hal tersebut tidak di jaga dengan baik, niscaya kita akan kehilangan sejarah luhur bangsa.
Generasi penerus akan kehilangan karakternya sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai nilai ketuhanan dan budi pekerti. Mereka tak lagi paham dengan jatidirinya, budayanya dan kearifan para leluhur leluhurnya.
Oleh karena itu dengan terbentuknya pengurus Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang PWI di Boyolali, KRT. KH. Joko Parwoto, S.T., Al Hafidz berharap, PWI mampu memberikan kontribusi pada upaya pelestarian budaya dan kearifan, serta menumbuhkan kembali siar siar seperti halnya yang pernah di lakukan oleh para wali.
“Semua bertujuan untuk kemaslahatan masyarakat, kemajuan identitas bangsa dan kemuliaan harkat martabat bangsa” Tukasnya.
Di rencanakan setelah terbentuknya seluruh susunan pengurus Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang, PWI Boyolali akan melakukan pelantikan sebagaimana yang diatur dalam AD/ART perkumpulan Perjuangan Walisongo Indonesia.
Pembentukan pengurus PD dan PC PWI Boyolali, memperoleh apresiasi dari pengasuh pondok pesantren Kyai Ageng Selo, Klaten, Raden Tumenggung Kyai Sarwoko Rekso Pujodipuro yang juga abdi dalem ulama Keraton Kasunanan Surakarta.
Pembentukan pengurus PWI merupakan langkah maju upaya pelestarian budaya islam berikut dengan kearifanya. Sebab banyak sekali budaya peninggalan para wali saat ini sudah banyak di lupakan, baik sejarah maupun peradabnya, bahkan di aku oleh bangsa lain.
“Jika kita sebagai penerus tidak berusaha melindungi dan melestarikanya, di kuatirkan budaya yang pernah ada dan di tinggalkan kelak hanya akan menjadi dongeng cerita saja,” pungkasnya. (Obie/r.)