SINDOSOLO.NEWS | SURAKARTA, Mendengar kata jamu apa yang tergambar dibenak kita..!?, tentu suatu minuman yang berbau aneh yang terbuat dari campuran rempah rempah tradisional yang rasanya pahit dan tidak enak. Mungkin itu yang segera akan tergambar dalam pikiran kita, anggapan dan pikiran itu bisa jadi benar karena anda belum mengenal Jamu Larasati, namun setelah anda mengenal dan mencoba rasa Jamu Larasati tentu kesimpulan dan pendapat tentang jamu yang berasa pahit dan tidak enak akan terbantahkan dengan segera.
Generasi Milenial jaman sekarang banyak yang anti dengan jamu karena anggapan rasa pahit dan tidak enak yang menghantui benak mereka. Sebab banyak dari generasai muda yang belum tahu dan belum merasakan banyaknya manfaat dari jamu untuk menjaga kebugaran tubuh apalagi jamunya seger dan nikmat kaya manfaat seperti Jamu Larasati.
Dalam kunjungan khusus team ke Jamu Larasti yang beralamat di Jln. Kahuripan, No.78, Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Sabtu, (20/07/2024). Disambut hangat dan diterima langsung oleh Owner Jamu Larasati, Islasia Diena Sandara, S.H., yang selanjutnya banyak keterangan dan informasi yang disampaikan oleh Owner Jamu Larasati tersebut.
Islasia Diena Sandra mengungkapkan sejarah mengapa ia menekuni usaha Jamu Larasati, setelah ia resign dari pekerjaannya sebagai HRD di perusahaan swasta tahun 2012. Ia berpikiran untuk membuka bisnis dengan niat untuk mengangkat kembali resep jamu yang diwarisi dari neneknya yang ia sebut sebagai Eyang Lasinem yang berdarah asli Solo. Resep jamu tersebut sudah sejak tahun 1950. Kemudian dari resep jamu tersebut ia mencoba buat Jamu Larasati. Untuk pemasaran pada awalnya ia titip titipkan di toko toko oleh oleh, restoran restoran, hotel hotel, juga stasiun dan bandara.
“Juga ada di Grap Food dan Go Food.” ungkapnya.
“Saya mengawali dengan membuat dulu jamunya, Dari resep simbah itu saya charge dengan selera pasar yang kekinian yaitu jamunya itu tidak terlalu pekat enteng like untuk dikonsumsi oleh anak muda sekarang,” jelasnya.
Setelah jamunya jadi kemudian ditawarkan ke teman teman dan tetangga tetangga jamunya dibagi bagi. Kemudian mereka bilang,
“Kalau minum, kenapa menunggu dibagi mbak Sandra !!!. Ada pula yang menyarankan, “Open PO dong mbak ?!”, terus pada pesan. Kalau mau minum harus pesan dulu kenapa tidak dititipkan langsung ke toko toko yang dekat dengan mereka. Kemudian saya titipkan, ternyata antusias masyarakat tinggi dan setelah pandemi kesadaran masyarakat akan kesehatan makin tinggi “Healthy Lifestyle” Omset jamu saya meningkat.”
“Produk saya adalah, “Ready To Drink” ada Beras Kencur, Kunir Asem, Temu Lawak, Jahe Kencur Jeruk Nipis (JKJ), dan juga Gula Asem. Kemudian ada juga versi serbuk dan Syrup.” imbuhnya.
Namun demikian untuk kemudahan pengiriman ke luar kota dan ke luar negeri lebih sering dipesan serbuk dan juga syrup. Pengiriman luar kota seperti Bali, Jakarta, Bekasi, Malang dan kota kota di Jawa Timur, kalau untuk ke Luar Negerinya belum di Eksport tapi dibawa oleh Dispora yang datang ke Solo dibawa ke Abu Dhabi dan ke Belanda.
“InshaAllah rencananya vision kedepan yaitu saya ingin membuat jamu yang bisa diterima pasar di luar negeri jadi saya masih mengembangkan lagi dari segi legalitasnya dan juga produknya agar sesuai dengan standart perizinan diluar negeri.” paparnya.
Untuk kendala yang dihadapi Kios Jamu Larasati adalah Jumlah Permintaan lebih besar dari jumlah produksi, seperti dikutip dari penjelasan Owner Jamu Larasati sendiri. Itu berkaitan dengan peralatan yang digunakan untuk produksi Jamu Larasati masih menggunakan peralatan semi manual dan belum menggunakan mesin automatis berkapasitas produksi besar. Jadi jumlah produksinya belum bisa mengejar jumlah permintaan.
“Kapasitas produksi kami belum banyak 1 bulan berkisar 3500 botol.” ungkap Sandra.
Menghadapi persaingan pasar Jamu Larasari optimis memiliki keyakinan, untuk situasi saat ini kecendrungannya jamu lebih diminati karena bahan bahannya alami, minim resiko, dan juga Jamu Larasati berada di Kota tuan rumahnya jamu yaitu Kota Solo. Jamu sendiri mempunyai daya tarik bagi wisatawan yang datang ke Solo untuk “Wellnes Tourism” melengkapi rangkaian kunjungan mulai dari Spa, minun jamu, untuk kesehatan maupun ketenangan sebagai tradisi.
Islasia Diena Sandra Owner Jamu Larasati mengungkapkan harapannya, Jamu Larasati bisa menjadi bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan, tapi betul betul bermanfaat dari produknya yang mendukung kesehatan dan daya tahan tubuh serta menyerap tenaga kerja dan menjadi identitas Indonesia dimata dunia.
Salah satu Best seller Jamu Larasati adalah Beras Kencur “Ready to Drink” dari kurang lebih 15 jenis varian rasa Jamu Larasati lainnya yang terdiri dari Jamu Larasati “Ready to Drink” langsung minum, Jamu Larasati serbuk, dan Jamu Larasati yang berbentuk syrup.
Terakhir sebelum menutup keterangannya, Owner Jamu Larasati menyampaikan pesan, Mengapa Jamu Larasati !!??, karena Jamu Larasati itu 1. Resepnya Autentik Asli dan Pakemnya Solo, 2. Jamu Larasati itu bertemunya sensasi kenikmatan dan juga manfaatnya minum jamu, 3. Kemasannya praktis mudah dibawa dan proses pembuatannya higienis, awet meski tanpa pengawet dan bahan bahannya 100℅ Indonesia. (Obie/r.)