Solo Safari Surakarta Gelar GREBEG SYAWALAN 1445 H, Dua Gunungan Ketupat Jadi Rebutan Pengunjung.

oleh -273 Dilihat
banner 468x60

SURAKARTA, SINDOSOLO.NEWS – Solo Safari yang berada di Jln. Ir. Sutami No. 109, Kota Surakarta, Jawa Tengah Bekerja sama dengan Keraton Kasunanan Surakarta dan Pemerintah Kota Surakarta menggelar kegiatan Syawalan atau Grebeg Syawalan dikenal dengan istilah “Bakda Kupat” yang juga memiliki makna Halal Bi Halal, ini merupakan tradisi masyarakat Surakarta yang dilakukan seminggu setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri. Acara Grebeg Syawalan 1445 H berlangsung pada hari Minggu, (14/04/2024), sebagai sebuah ungkapan rasa syukur, ajang silaturahmi dan saling maaf bermaaf-maafan.

Dalam sejarahnya, Bakda Kupat adalah hasil dari pemikiran para Walisongo dalam menyebarkan dakwah Islam melalui budaya. Bagi masyarakat Jawa, khususnya di wilayah Karaton Surakarta Hadiningrat, tradisi Upacara Syawalan ini terus dihidupkan untuk selalu mengingatkan kita kepada Sang Maha Pencipta dan membangun hubungan yang baik antar sesama.

GM. Solo Safari Shinta Aditya Menerima Serahan Grebeg Syawalan dari KRA. Rizki Baruna Ajidiningrat pemeran Jaka Tingkir. (sindosolo.news/photo:r)

Hadir dalam acara Grebeg Syawalan 1445 H Solo Safari 2024, Wakil Walikota Surakarta Drs. Teguh Prakosa, Pengageng Parentah Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat KGPH ADP Dipokusuma, KRA. Rizki Baruna Ajidiningrat mantu dalem Paku Buwono XIII yang tahun ini memerankan Jaka Tingkir, GM. Solo Safari Shinta Aditya, dan para tamu hadirin dari wakil pemerintahan TNI/Polri serta keluarga Kerabat Kraton, Abdi dalem, punggawa dan prajurit Karaton Kasunanan Surakarta.

Dalam sejarahnya, Solo Safari yang dahulu bernama Taman Satwa Taru Jurug selalu mengadakan kegiatan Syawalan Jurug sebagai bentuk nguri-uri tradisi leluhur dan bentuk penghormatan kepada Raja Paku Buwono X sebagai sosok Raja yang pada eranya menginisiasi adanya Kebun binatang. Di mana, kebun binatang ini bisa dinikmati masyarakat umum dengan memindahkan satwa peliharaan Karaton ke Taman Sriwedari (Kebon Raja) yang pada akhirnya dipindahkan ke Taman Satwa Taru Jurug dan dalam perkembangannya saat ini menjadi Solo Safari.

Tradisi estafet kepemimpinan dan regenerasi/ pembaharuan ini yang diharapkan terus berkelanjutan diwujudkan dengan menampilkan sosok simbolis Jaka Tingkir yang merupakan figur generasi muda penerus dinasti Majapahit yang berhasil memadukan nilai tradisi budaya dengan keagamaan.

Gunungan Kupat yang dihadirkan dalam Upacara Syawalan merupakan wujud ungkapan rasa syukur dan jiwa berbagi kepada masyarakat yang diyakini sebagai bagian ngalap berkah dan sikap kerendah hati karena meyakini semboyan Jawa Kupat bumbunipun santen yang artinya Ngaku lepat nyuwun gunging pangapunten.
Keindahan makna filosofis dalam tradisi Syawalan ini merupakan bagian dari pelestarian budaya yang tetap menyambungkan benang merah sejarah Kota Solo yang tidak bisa lepas dari cikal bakalnya yang bersumber di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Maka Solo Safari menjadi sebuah wahana Satwa yang hadir dengan konsep yang baru tetapi tidak meninggalkan akar budaya dan tradisi yang melekat di dalamnya.

Pada kesempatan kali ini, kegiatan Syawalan ing Solo Safari yang berperan sebagai Jaka Tingkir adalah KRA. Rizki Baruna Ajidiningrat yang merupakan mantu dalem Paku Buwono XIII. Sebelumnya, tim penyelenggara juga melaksanakan ziarah ke Makam Sultan Hadiwijaya dan ketiga sahabatnya yaitu Mas Monco Negoro, Mas Wilomarto, dan Mas Wuragil sebagai bentuk permohonan izin mengadakan acara Syawalan ini.

Warga Pengunjung berebut Ketupat Gunungan pada Acara Grebeg Syawalan Solo Safari 1445H/2024. (sindosolo.news/photo:r)

Rangkaian acara Syawalan ing Solo Safari akan ditandai dengan kirab dimana Jaka Tingkir akan mengendarai kuda menuju open stage Solo Safari diiringi dengan korps musik dari Karaton Kasunanan Surakarta. Selain itu, kirab Jaka Tingkir juga akan dimeriahkan oleh iring-iringan Pasukan, Abdi dalem dan Ulomo dari Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Setelah melaksanakan kirab, Jaka Tingkir juga akan menyeberangi danau menggunakan Gethek yang didampingi oleh 3 sahabatnya menuju Open Stage. Selanjutnya, setelah didoakan sepasang Gunungan Ketupat akan dibagikan ke masyarakat umum di Halaman Solo Safari.

Dengan adanya kegiatan ini, Solo Safari berharap dapat mewujudkan bentuk syukurnya dengan berbagi dengan masyarakat umum dan dapat menjaga, melestarikan budaya yang adiluhung.

General Manager Solo Safari Shinta Aditya menjelaskan pada media, bahwa kegiatan Grebeg Syawalan adalah kegiatan menyambut bulan Syawal sebagai tanda Bulan Puasa Ramadhan telah usai. Dan ada historis sejarah dibalik Acara Kegiatan Grebeg Syawalan Solo Safari ini. Dan Solo Safari melanjuti kegiatan kegiatan sejarah dan budaya yang sudah terjadi di jurug yang sekarang menjadi Solo Safari.
“Apalah artinya kami tanpa mengenang sejarah” ungkapnya.

Shinta Aditya berharap sebagai generasi muda bisa terus melestarikan sejarah budaya dan tidak akan melupakannya,
“Untuk pengunjung Solo Safari pada hari ini disamping bisa menikmati edukasi satwa juga bisa menyaksikan dan mempelajari sejarah Grebeg Syawalan” pungkasnya. (Obie/r)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *